Sintong Panjaitan | Buku Sintong Panjaitan : Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando
Peluncuran Buku Sintong Panjaitan yang berjudul 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' mendapat sambutan yang beragam. Ada yang menyambut postif peluncuran buku tersebut ada juga yang menganggap black campaign untuk partai tertentu. Terlepas dari hal itu peluncuran buku ini diharapkan menambah khazanah sejarah di Indonesia.
Terus siapakah seorang Sintong Panjaitan?
Berikut ini saya petik dari sini
Terus siapakah seorang Sintong Panjaitan?
Berikut ini saya petik dari sini
Nama Sintong Panjaitan, melesat naik ketika terjadi pembajakan pesawat DC-9 Garuda Woyla, Maret 1981. Sintong, saat itu berpangkat letnan kolonel, membawa sepasukan Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha -- kini Kopassus) ke bandar udara Don Muang, Bangkok, dan berhasil membebaskan sandera serta menumpas pembajaknya sekalian.Peluncuran Buku Sintong Panjaitan yang berjudul 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' mendapat sambutan yang beragam[...]
Padahal, sebelumnya kemampuan pasukan Baret Merah Indonesia itu sempat dipandang leceh oleh pers asing. Mereka kurang yakin Indonesia sudah memiliki sebuah pasukan antiteroris. Ketika ternyata pasukan pimpinan Sintong berhasil mengakhiri pembajakan melalui operasi yang cuma berlangsung tiga menit, tidak saja wartawan yang gempar, tetapi juga seluruh dunia.
Dalam ukuran lebih kecil, walaupun tidak kurang pentingnya, sukses Sintong Panjaitan sebagai pemimpin pasukan sudah diperagakannya pada usia lebih muda. Waktu itu, 1 Oktober 1965, anak Tarutung, Sumatera Utara, ini baru dua tahun lulus dari Akademi Militer Nasional (AMN) saat diperintahkan membawa sepasukan kecil Resimen Para Komando AD (RPKAD) menyerbu RRI Jakarta yang sedang dikuasai pasukan pro G-30-S/PKI. Dan Sintong Panjaitan, masih letnan satu waktu itu, berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.Ia anak keenam dari 10 bersaudara. Ayahnya cuma seorang mantri kesehatan. Begitu menamatkan SMA di Tarutung, Sintong merantau ke Jakarta lalu ikut tes masuk AMN, dan lulus.
Pengalaman tempurnya cukup banyak. Di samping operasi merebut RRI dan pembajakan pesawat Garuda ia turut menumpas gerombolan PGRS di Kalimantan Barat dan OPM di Irian Jaya, serta ikut dalam tim penutup penyergapan Kahar Muzakkar di Sulawesi.
Perwira generasi muda ABRI ini pernah bertugas sebagai Komandan Pusat Pendidikan (Pusdik) Sandhi Lintas Udara di Batujajar, Jawa Barat. Sebagai komandan Komando Pasukan Khusus (Kopassus), ia menggantikan Brigjen Wismoyo Arismunandar, yang sama-sama lulusan AMN 1963. Sejak pasukan elite ini bernama RPKAD, yang didirikan pada 1952, Sintong Panjaitan adalah komandannya yang kesepuluh.
Ketika melantik Sintong Panjaitan sebagai Komandan Kopassus, KSAD Jenderal Rudini menekankan bahwa reorganisasi Kopassus, seiring dengan reorganisasi ABRI secara keseluruhan bertujuan meningkatkan daya tempur dan daya gempur satuan TNI-AD. "Bentuk fisik dalam reorganisasi adalah membangun suatu kekuatan siap, kecil, tetapi
efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas," ujarnya.
Menikah dengan Lentina Napitupulu, 1971, pria yang pernah mengikuti Ekspedisi di Lembah X, Irian Jaya, ini dikaruniai dua anak. Di samping olah raga, Sintong gemar membaca.
Labels: buku, buku perjalanan seorang prajurit para komando, gerindra, kontras, kopassus, partai, peluncuran buku, pemilu, perjalanan seorang prajurit para komando, prabowo, sintong, sintong panjaitan
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home